Jumat, 30 Juli 2010

Pada suatu malam di sebuah perkampungan.

Langit malam ini terlihat begitu cerah. Rembulan yang bentuknya tak bulat sempurna menghias bumi dengan cahayanya yang dingin dan teduh bersama bintang. Goresan goresan awan tipis melukis pada langit biru nan luas. Pohon pohon pun diam, seakan tertidur oleh buaian jangkrik jangkrik yang bernyanyi, dan tanpa sapaan angin malam yang dingin. Alam begitu tenang, tapi ini perkampungan, dan bukan hutan belantara yang tenang berteman nyanyian alam dan gurauan binatang, ini adalah pemukiman yang penuh nyanyian anak adam. Di seberang sana terdengar bincang para ibu tentang harga sembako di pasaran yang terus membumbung tinggi, meroket dan bahkan kini melangit.
"pa.... Besok riyan belikan mobilan baru yah pa...?" di sudut lain seorang anak merengek pada ayahnya untuk dibelikan mainan baru.
Sesekali terdengar suara kuda kuda besi meraung memekakan telinga. Di persimpangan, terdengar canda tawa para remaja yang sedang bermain bulu tangkis di jalanan, tanpa lapangan dan tanpa aturan yang ada hanya keceriaan.
Di persimpangan lain yang tanpa penerangan bara api menyulut pada ujung sebuah batang yang terselip diantara jemari tangan pemuda yang kekar karena selalu bekerja 'kasar', sedang ujung lainnnya di hisap dan meninggalkan kepulan asap beracun. Seorang lagi duduk diatas 'kaki' temannya, sebuah 'bebek' keluaran terbaru, termodifikasi, velg racing, berknalpot non-orisinil dan tanpa spion. Matanya tertuju pada sebuah kotak kecil yang memancarkan cahaya ketika ibu jarinya menari diatas tuts tuts mungil bertajuk QWERTY.
Tiga lainnya saling bercerita tentang perjalanan hari ini.
"Halo... Lagi ngapain?" dengan nada dibuat semanis mungkin, toni menyapa entah kepada siapa nun jauh di ujung sana. Sementara alif hanya duduk diatas balai bambu sambil menikmati damainya malam ini, ditemani secangkir susu nabati, dan sebuah gitar meski tak bernada dan tanpa senandung, memandang pada langit, memuji dalam hati pada Sang Pencipta malam.

Tidak ada komentar: