Minggu, 08 September 2013

Kebutuhan Jasmani, Naluri, dan Pemenuhannya

Ilustrasi
Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan Kebutuhan jasmani dan naluri. Keduanya adalah fitrah yang adanya adalah pasti, keberadaannya tidak perlu untuk dipertentangkan dan tidak pula dapat dipungkiri, kecuali jika kita telah mati.
Baik kebutuhan jasmani maupun naluri, keduanya memiliki kemiripan dalam pandangan saya. Dan hal yang pasti adalah keduanya butuh pemenuhan di setiap kemunculannya. Nah, cara pemenuhan inilah yang penting untuk diperhatikan.
Bagaimana membedakan antara kebutuhan jasmani dan naluri?
Keberadaannya adalah pasti. Untuk membedakannya bisa diketahui dari cara munculnya dan kaitannya terhadap pemenuhannya.
Jika Kebutuhan Jasmani munculnya melalui faktor-faktor internal yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Kemunculannya tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal yang ada. Sedangkan Naluri, bisa muncul dari faktor internal dapat pula muncul karena pengaruh eksternal yang dapat terindera.
Sebelum kita bahas tentang kaitannya terhadap pemenuhan keduanya, saya ingin sampaikan bahwa naluri (Gharizah) yang ada pada manusia secara garis besar dibagi kedalam 3 (tiga) macam. Yakni: (1) Naluri untuk Mempertahankan Diri (Gharizatul Baqa'), (2) Naluri Melestarikan Keturunan (Gharizatun Nauw'), dan (3) Naluri untuk beragama (Gharizah At-Tadayyun).
Kemudian untuk membedakan antara kebutuhan jasmani dan naluri, dilihat dari kaitannya terhadap pemenuhannya adalah sebagai berikut:
Kebutuhan jasmani yang kita ketahui munculnya melalui faktor-faktor internal yang ada dalam diri manusia itu sendiri, maka ini menuntut pemenuhan yang pasti. Jika tidak, hal ini dapat menimbulkan bahaya pada diri seseorang. Misalnya kebutuhan akan bernapas, makan, minum dan sebagainya. Kebutuhan semacam ini, jika tidak dipenuhi akan menyebabkan bahaya, bahkan pada waktu tertentu dapat mengakibatkan kematian.
Sedangkan naluri yang kita ketahui munculnya dapat dipengaruhi oleh faktor external yang dapat terindera, maka hal ini dapat dicegah kemunculannya dengan menjauhkan fakta-fakta yang dapat mempengaruhi kemunculannya.
Namun demikian, bilapun kemunculannya tidak dapat dicegah maka pemenuhannyapun tidak menuntut suatu keharusan. Karena jikapun naluri yang muncul ini tidak dipenuhi, itu tidak akan menimbulkan bahaya pada diri seseorang. Tapi naluri yang muncul bila tidak dipenuhi hanya akan menimbulkan kepedihan dan kegelisahan, selama naluri tersebut muncul atau bergejolak.
Misalnya jika kita melihat makanan yang lezat, maka kita ingin menikmatinya. Ini merupakan naluri yang jika tidak dipenuhi hanya akan menimbulkan kegelisahan selama naluri tersebut bergejolak, namun hal tersebut dapat dialihkan dengan mengalihkan perhatian ke hal-hal lain. Sedangkan jika lapar yang dirasa, ini termasuk dalam kebutuhan jasmani. Karenanya hal tersebut menuntut pemenuhan yang pasti jika tidak dipenuhi, dapat menimbulkan bahaya pada diri seseorang. Adapun pemenuhan kebutuhan terhadap rasa lapar yang ada tidak mensyaratkan makanan yang dimakan haruslah lezat. Dalam Islam standar untuk makanan adalah Halalan Thoyyibah (Yang Halal lagi Baik), adapun keinginan akan makanan yang lezat itu merupaan naluri manusia.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa keduanya, baik kebutuhan jasmani maupun naluri, kemunculannya menuntut pemenuhan walaupun dengan prioritas berbeda. Maka cara pemenuhannya haruslah dengan cara-cara yang benar. Mengenai cara-cara yang benar ini semua ada didalam Islam, karena ajaran islam adalah ajaran yang benar yang datangnya dari Al-Khaliq yang telah menciptakan Semesta dan manusia dengan fitrahnya yakni memiliki kebutuhan jasmani dan naluri. Misalnya kebutuhan akan makan dan minum, maka harus dipenuhi dengan makanan dan minuman yang Halal lagi Baik, bukan hanya zat nya, tapi juga cara memperolehnya. Atau hasrat sexual yang muncul dari naluri melestarikan keturunan (Gharizatun Nauw') Maka cara pemenuhannya yang benar hanyalah dengan jalan menikah, tidak ada cara lain.
Begitulah islam mengatur kehidupan manusia dengan sangat lengkap dan detail serta sesuai dengan fitrah manusia, hanya saja terkadang kita yang abai sehingga melanggar ketentuan syariat yang mulia.

Sumber Gambar: republika.co.id

Tidak ada komentar: