Sabtu, 25 Desember 2010

Petualang ACI, Macem-macem rupa-rupa


Petualang ACI, demikian sebutan yang di sematkan pada 66 orang Indonesia yang telah di pilah dari lebih 59ribu orang yang antusias untuk mengikuti program 'Aku Cinta Indonesia' alias ACI yang di selenggarakan oleh detik.com
Mau tahu? Seperti apa sih ke 66 petualang ACI ini? Berikut adalah gambaran dari 66 petualang ACI yang diringkas dalam satu tulisan oleh kang dadang (Dadang Lesmana), salah seorang Petualang ACI. Silahkan disimak.

Kalau ada sekelompok oranga yang terdiri dari anak-anak muda gokil, jail, gratil, aneh, sok imut, urakan, tapi juga plus pinter, kreatif, berwawasan dan selalu berpikir positif, itu pastilah Petualang ACI. 66 orang petualang yang lahir dari sebuah hajatan besar detikcom, Aku Cinta Indonesia. Komunitasnya sih biasa-biasa aja, maksudnya ngga ada anak pejabat tingginya gitu loh. Tapi justru eksis karena berasal dari segala kalangan dan dari seluruh penjuru tanah air. Petualang ACI menjadi begitu bhineka dengan segala kekhasan serta keberagaman cara berpikir dan bertingkah laku. Namun perbedaan yang ada tidaklah menjadi persoalan bagi mereka. “berbeda bukan berarti tak sama” kata mereka. “ibarat pelangi, warna berbeda justru saling melengkapi, memiliki peran yang sama ”.Keberagaman yang rupa-rupa memang.
Sebut saja misalnya Petualang ACI yang dewasa (Agus), yang masih anak-anak (Juput), yang setengah dewasa (Endro), yang setengah anak-anak (Zulvi), yang gimbal (Bhaga), yang pasangannya (Kawanda), yang orang ketiga (Akbar), yang liar (Yudi), yang cunihin (Ewink), yang gila naek gunung (Dede), yang gila gadget (Gilang), yang gila
iPad (Heri), yang gila futsal (Ipul), yang gila beneran (Daenk), yang disorientasi (Egir), yang korban (Darto), yang gigih (Gesang), yang gaya tapi banyak disensor (Prama), yang pengamen (Achin), yang pelukis jalanan (Dadang), yang penyair (Harley), yang saudagar (Amad), yang polos (Ayos), yang lebih bernyali (Endi), yang
diem-diem tomboy juga (Mahe), yang OKB (Better), yang berbobot (Wahid), yang seniman
campur sari (Simbah), yang sok alim (Hadi), yang ngaku-ngaku dayak (Nico Borneo), yang korban bencana (Nico Wijaya), yang pegawai negri (Tata), yang indescribable (Prabu), yang freelance (Calvin), yang kelamaan di aceh (Citra), yang pengen punya agen travel (Topik), yang wartawan tapi gak pernah jalan-jalan (Amir), yang sok seleb (Yuga), yang rajin belajar (Masnur). eh, ada lho Petualang ACI yang udah ikut pemilu enam kali,namanya Mbak Tuti.
Petualang ACI yang cewek juga manis-manis, lucu-lucu, apalagi kalo gelap. Mereka juga ngga kalah beragam, mulai dari yang lagi hamil (Rini), yang lagi puber (Terryna), yang lagi banyak duit (Ucy), yang lagi galau (Ida), yang maskulin (Titis),yang sok imut (Utine), yang pendiem (Sendi), yang -ngerasa- mirip Nadine (Tuteh), yang beruntung (Hanin), yang kurang beruntung (Halida), yang aneh
(Nurul), yang jarang muncul (Deewardani), yang gak pernah muncul (Anti), yang rajin
menabung (Aci), yang pelupa (Riri), yang TKW (Susan), yang oriental (Diana), yang pengen banget ke jakarta (Jeine), yang ndeso (Alya), yang penulis
(Rinda), yang penulis juga (Nonadita), yang anak pesantren (Putri), yang sok eropa timur (Inka), yang suka mandi hujan (Atre), yang mau jadi agen wisata
(Bella), yang pengen jadi guru (Desi).
Hmm.. memang beragam ternyata. Tapi bukan berarti ngga kompak, malah mereka kompak banget. Satu dateng semua dateng, satu jalan-jalan semua jalan-jalan, satu makan semua makan, satu pulang semua pulang. Sportif pula. Kalo ditanya, ‘ ini coklat siapa..?’ langsung pada ngaku. Kekompakan itu mereka tunjukkan dengan selalu
melakukan segala sesuatu bersama-sama. Bagi mereka, mengangkat meja berempat akan
terasa lebih ringan daripada mengangkat filing-cabinet
sendirian.
Banyak cara bagi mereka untuk terus membina kekompakan. Ada yang dengan membentuk
boyband gaya new-kids-on-the-block (Bhaga, Yudi, Ewink, Dede, Endi, Dadang), yang setelah beberapa kali latihan vokal ternyata lebih mirip dengan Masnait Group. Ada pula yang dengan membentuk kelompok belajar online (Egir, Gilang, Amad, Daenk, Zulvi, Mahe, Mbak Tuti, Titis, Hanin, Atre, Tuteh). Nama mereka selalu meramaikan
thread-thread di milis ACI dengan pembahasan-pembahasan yang tak pernah final. Bahkan dengan campur tangan Dosen terbang dari Gorontalo sekalipun.Kelompok lain melakukan kegiatan mulia menolong sesama di daerah bencana (Bhaga, Kawanda, Ucy, Diana, Riri), yang menganggap bahwa kegiatan mereka juga merupakan salah
satu bentuk menjaga kekompakan. *yang ini gue gak berani pelesetin, kemanusiaan cuy..*
Beberapa yang lain secara perorangan juga turut andil dalam mempererat persaudaraan. Seperti contohnya Prama yang dengan gayanya secara rutin mengumpulkan
temen-temen hanya untuk menceritakan kisahnya di perjalanan. Bahkan sampai ada
beberapa Petualang ACI yang hafal betul cerita itu karena telah mendengarnya berulang kali. Lain lagi dengan Harley, yang dengan puisi-puisinya mampu
menggugah rasa cinta seseorang.. eh, maksudnya rasa cinta terhadap Indonesia.
Perjalanan Petualang Aku Cinta Indonesia ke tempat-tempat tujuan wisata memang sudah berlalu. Namun kisah-kisah, catatan-catatan dan ingatan-ingatan tentang perjalanan itu masih melekat dan terus menjadi bahan perbincangan setiap kali
Petualang ACI berkumpul. Tak akan cukup sepuluh buku tebal untuk menampung cerita
mereka. Seakan tak pernah puas, Petualang ACI selalu menyempatkan datang ke suatu
tempat untuk kumpul, berbagi cerita, makan, minum, ngomongin orang, mengatur
rencana trip selanjutnya, dan pulang..
Memang, sejak awal belum pernah semua Petualang ACI berkumpul secara lengkap.
Karena hampir dapat dipastikan, petualang asal Jayapura (untuk tidak menyebut Daenk :p) tidak akan sanggup hadir. Kecuali jika acara kumpul-kumpul itu diadakan di Jayapura. Itupun hampir dapat dipastikan cuma dia yang hadir. Berbeda dengan Agus yang walaupun tinggal di Gorontalo, tapi memiliki daya jelajah yang tinggi. Maklum,
meskipun dia seorang dosen, cita-cita sebenarnya adalah menjadi pramugari. Bahkan dia lebih hafal seluk-beluk FX ketimbang anak-anak Jakarta.
Walau sulit, keinginan berkumpul kembali secara lengkap adalah obsesi Petualang ACI. Sehingga bisa bertemu dan mengenal lebih dekat satu sama lainnya, serta
tidak ada lagi terdengar kata-kata, “yang pake kaos merah itu siapa sih?” atau “ooo.. ini toh yang namanya (sebutlah) mawar.. ” atau “yang namanya
si A yang mana?” atau bahkan “lu partner gue ya waktu itu?”. Sangat disayangkan
bukan? Menyebut nama-nama Petualang ACI tentu saja tak lepas dari kesuksesan sebuah tim; Indri, Iie, Suhaeng, Ninuk, Ajeng, Izar, dkk. *maaf buat yang ngga kesebut, bukan ngga cinta, tapi ngga kesebut.. :)* yang dengan kerja kerasnya, telah
membentuk 66 orang berperilaku menyimpang menjadi lebih menyimpang. Maksudnya, menjadi lebih berkembang, tidak hanya sekedar hobby travelling tetapi juga mampu
mengoptimalkan segala aspek dari sebuah perjalanan. Salut deh buat tim detik..! ?

-dadang-
tetap sunda, tetap tersenyum,
tetap berbuat baik
Gimana? sudah dapat gambaran seperti apa mereka? profil lengkap mereka, dan cerita perjalanan mereka ada di aci.detik.com
Eh, By The Way kamu juga bisa lho jadi Petualang ACI seperti mereka. Karna tahun 2011 program ACI detik.com bakal di gelar lagi lho.

Minggu, 19 Desember 2010

Rumah dan Surga

Selain sandang dan pangan, papan adalah merupakan kebutuhan utama manusia. Papan dalam kata kiasan disini diartikan sebagai tempat tinggal. Tempat tinggal selalu identik dengan rumah. Bagi saya, rumah bukanlah sekedar sebuah bangunan dimana kita dan keluarga kita tinggal. Tapi lebih dari itu, rumah adalah surga bagi kita, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW "Rumahku adalah Surgaku". Rumah sebagai surga, hanya akan terwujud jika semua yang ada di mana kita tinggal saling mendukung, saling mengerti dan memahami, serta saling memberi manfaat. Jika surga tersebut sudah terwujud kemudian, lingkugan dimana kita tinggalpun (seharusnya) menjadi rumah kita. Sehingga apa yang kita lakukan, bukan hanya untuk pribadi kita semata, tapi juga untuk lingkungan dimana kita tinggal. Jika demikian keadaannya, pasti akan terciptas surga yang lebih luas. Baiklah, itu adalah sedikit gambaran tentang rumah. Dan sekarang saya ingin sedikit menggambarkan tentang rumahku. Rumahku bukanlah sebuah istana yang megah, tapi hanya sebuah bangunan sederhana yang berdiri jauh dari gemerlapnya kota. Hanya susunan bata merah yang setiap sore selalu ramai oleh anak-anak yang memakai baju muslim, mereka datang untuk belajar mengaji dengan bapakku. Rumahku tidak selalu memberikan apa yang aku inginkan namun selalu ada solusi untuk segala sesuatu yang aku butuhkan.
Rumahku adalah surgaku, dan aroma surga itu sangat pekat teras ketika lebaran idul fitri tiba. Ketika aku dan semua anggota keluarga berkumpul, dan kami mempunyai banyak tamu yang sebagian besar memakai baju muslim. Saat itulah semua terasa surga, dan aku bisa juga menikmati surga yang lebih luas karna kesibukan kami pada hari itu adalah menikmati surga, yakni saling megunjungi dan memberi ma'af.




Posted from WordPress for Android